Tren kawat gigi atau behel mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita
semua. Benda yang satu ini dikenal sebagai alat perapi gigi yang modern.
Di
Indonesia, penggunaan kawat gigi baru dimulai pada 1980-an dan semakin
popular pada awal 2000-an hingga sekarang. Artinya, mengenakan behel
sudah menjadi tren di semua lapisan masayarakat. Baik usia tua, muda,
bahkan dikalangan anak-anak.
Namun, dalam prakteknya pemasangan kawat gigi sangatlah berbahaya jika dilakukan bukan oleh dokter melainkan tukang gigi.
Mengapa demikian? Simak ulasan berikut...
Ketua
Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) drg Zaura
Rini Anggraeni, MDS menjelaskan pemasangan kawat gigi yang dilakukan
oleh tukang gigi menimbulkan beragam efek samping. Terlebih pada gigi
yang bermasalah baik untuk efek samping ringan hingga berat.
"Yang
dipikirkan saat ini adalah keselamatan pasien, khususnya jika tindakan
di bawah standar. Akibatnya bisa terlihat di rongga gigi atau penularan
penyakit dan lainnya," jelas drg Zaura dalam acara media breafing
penertiban praktik tukang gigi' di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Maraknya
pemasangan behel pada tukang gigi, sambung drg Zuhra, karena masyarakat
menganggap ke dokter gigi biaya berobatnya tinggi sekali, jadi mungkin
masyarakat pergi ke tukang gigi yang biayanya lebih ringan.
"Namun,
hal ini bisa mengakibatkan biaya yang jauh lebih tinggi jika pada
akhirnya setelah pemasangan timbul efek-efek negatif yang membahayakan
kesehatan mulut dan gigi para penggunany," ungkap drg Zuhra.
Tidak
semua perawatan gigi itu mahal, ada yang murah dan terjamin seperti di
puskesmas murah, bermutu dan terjangkau, di rumah sakit pemerintah atau
rumah sakit gigi dan mulut yang terdapat di semua Fakultas Kedokteran
gigi. Bahkan di beberapa daerah ada yang menggratiskan biaya dokter
gigi, jadi tidak selamanya mahal.
"Kalau di swasta tentu harganya
lebih mahal, tapi kalau di rumah sakit pemerintah relatif murah dan
pelayanannya bermutu. Karena semua dokter gigi yang berpraktek sudah
melewati uji kompetensi," ujar drg Zaura.
Menurut drg Zuhra
pemasangan kawat gigi yang tidak benar bukan hanya dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada mulut dan gigi melainkan juga dapat menyebabkan
pasien tertular penyakit mulai dari Hepatitis hingga HIV/AIDS.
Nah, untuk lebih jauhnya kenali beberapa efek samping yang berbahaya akibat pemasangan kawat gigi, seperti dilansir Ehow.
Penyakit Menular Seksual
Kawat
logam yang dipasang pada gigi Anda sering berbenturan dan dapat
menyebabkan luka kecil pada bibir dan bagian dalam pipi Anda. Nah, saat
Anda terlibat dalam aktivitas seksual seperti seks oral atau bahkan
berciuman, luka kecil di dalam mulut Anda akan menyediakan jalan masuk
untuk penyakit, termasuk hepatitis dan HIV, memasuki aliran darah Anda.
Alergi
Kawat
gigi logam mengandung berbagai logam, termasuk nikel, tembaga dan
kromium. Sekitar 30 persen pasien ortodontik dari semua pasien
ortodontik lainnya memiliki alergi terhadap logam ini yang dapat
menyebabkan rasa sakit dan telinga tersumbat.
Selain itu, pasien yang
tidak memiliki alergi sebelum mereka memakai kawat gigi berpotensi
terkena alergi setelah mereka memakainya. Untungnya, alergi terhadap
nikel, tembaga dan kadmium umumnya ringan dan mudah diobati dengan
mengubah jenis logam yang digunakan dalam kawat gigi.
Karang Gigi
Karena
area di bawah dan di sekitar kurung logam dan kawat yang sulit untuk
dibersihkan, sisa-sisa makanan bisa terjebak di daerah-daerah yang sulit
dijangkau sikat gigi, yang mengarah ke penumpukan plek.
Hal ini
mengakibatkan orang dengan kawat gigi logam dapat berisiko tinggi
mengalami kerusakan gigi dan penyakit gusi. Untuk menghindari masalah
ini, Anda harus menggunakan sikat khusus untuk membersihkan gigi Anda.